Latar Belakang : Tingkat kebisingan yang tinggi dalam suatu industri dapat menyebabkan dampak negatif bagi karyawan yang terpajan, misalnya gangguan fisiologis, psikologis dan gangguan patologis organis, salah satu contoh gangguan psikologis yang diakibatkan oleh kebisingan adalah stres kerja. Resiko timbulnya stress kerja makin meningkat apabila pekerja terpapar kebisingan >85 dB terus menerus selama 8 jam perhari setiap hari tanpa memperhatikan penggunaan alat pelindung telinga. Tujuan penelitian ini adalah diketahui hubungan tingkat kebisingan dengan stress kerja pada pekerja di bagian Mill PT.X Jakarta tahun 2017.rnrnMetode : Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian diambil dengan total sampling kepada 67 orang responden. Variabel bebas pada penelitian ini adalah tingkat kebisingan, sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah stress kerja. Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan kuesioner. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran dan kuesioner akan dianalisa secara univariat dan bivariat dengan chi-square.rnrnHasil : Ada hubungan yang signifikan dengan p = 0,003 dan koefisien korelasi positif, namun kekuatan arah korelasi lemah dengan r = 0,368. Sebanyak 61 orang responden dengan persentase 91% pekerja mengalami stress kerja dan hanya 6 orang responden dengan persentase 9% yang tidak mengalami stress kerja.rnrnSimpulan : Semakin berisiko tingkat kebisingan yang diterima oleh responden maka semakin berisiko terjadinya keluhan stress kerja yang dirasakan oleh responden. Sebanyak 88,1% responden menerima kebisingan ≥85 dB atau diatas Nilai Ambang Batas, sedangkan 11,9% responden menerima kebisingan